pskb A1

pskb A1
akbid bina husada

Kamis, 09 Februari 2012

PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU PADA MASA NIFAS


5.1. Adaptas psikologis ibu masa nifas
                Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stress pasca persalinan, terutama pada ibu primipara. Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut
v  Fungsi yang memengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua
v  Respons dan dukungan dari keluarga dan teman dekat
v  Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya
v  Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan
Periode ini di ekspresikan oleh reva rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut ini
1.       Taking in period
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain, focus perhatian pada tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.

2.       Taking hold period
Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya daalm menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang di alami ibu.

3.       Letting go period
Di alami setelah tiba ibu dan bayi dirumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung jawab sebagai ‘’seorang ibu’’ dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.
Hal-hal yang harus dapat di penuhi selama masa nifas adalah sebagi berikut
ü  Fisik. Istirahat, memkan makanan bergizi, sering menghirup udara segar, dan lingkungan yang bersih.
ü  Psikologi. Stress setelah persalinandapat segera distabilkan dengan dukungan dari keluarga yang menunjukan rasa simpati, mengakui dan menghargai ibu.
ü  Social. Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya, menanggapi dan memerhatikan kebahagian ibu, serta menghibur bila ibu erlihat sedih.
ü  Psikososial
Tujuan asuhan kebidanan pada masa nifas adalah sebagai berikut
Ø  Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologisnya.
Ø  Melaksanakan skrining yang komprehesif, mendeteksi masalah, serta mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
Ø  Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi keluarga berencana, menyusui, serta pemnerian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
Ø  Membarikan pelayanan keluarga berencana.
Depresi post partum sering terjadi pada masa ini. Menurut para ahli mereka didiagnosis menderita depresi post partum. Depresi merupakan gangguan afeksi yang paling sering dijumpai pada msa post partum (gorrie,1998). Walaupun insidensinya sulit untuk dketahui secara pasti, namun diyakini 10-15 % ibu yang melahirkan mengalami gangguan ini (green dan adams, 1993). Angka kejadian depresi post partum diindonesia sendiri juga belum dapat diketahui secara pasti hingga kini, mengingat belum adanya lembaga terkait yang melakukan penelitian terhadap kasus tersebut.
Tanda dan gejala yang mungkin diperlihatkan pada penderita depresi post partum adalah sebagai berikut
*      Perasaan sedih dan kecewa
*      Sering menangis
*      Merasa gelisah dan cemas
*      Kehilangan ketertarika terhadap hal-hal yang menyenangkan
*      Nafsu makan menurun
*      Kehilangan energy dan motivasi untuk melakukan sesuatu
*      Tidak bias tidur atau insomnia
*      Perasaan bersalah dan putus harapan (hopelees)
*      Penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
*      Memperlihatkan penurunan untuk mengurus bayinya
Penyebab depresi postpartum sendiri belum diketahui secara pasti (gorrie, 1998). Namun, beberapa hal yang dicurigai sebagai factor predisposisi terjadinya depresi postpartum adalah sebagai berikut.
·         Perubahan hormonal yang cepat.hormon yang terkait dengan terjadinya depresi postpartum adalh prolaktin, steroid, progesterone, dan estrogen.
·         Masalah medis dalam kehamilan seperti PIH (pregnancy-induced hypertention), diabetes mellitus, atau disfungsi tiroid.
·         Riwayat depresi, penyakit mental, dan alkoholik, baik pada diri ibu maupun pada dalam keluarga
·         Karakter pribadi seperti harga diri rendah ataupun ketidakdewasaan
·         Marital dysfunction ataupun ketidakmampuan membina hubungan dengan orang lain yang mengakibatkan kurangnya support system
·         Marah dengan kehamilannya (unwanted pregnancy)
·         Merasa terisolasi
·         Kelemahan, gangguan tidur, ketakutan terhadap masalh keuangan keluarga, dan melahirkan anak dengan kecacatan atau penyakit
Beberapa intervensi berikut dapat membantu seseorang wanita terbebas dari ancaman depresi setelah melahirkan
o   Pelajari diri sendiri
o   Tidur dan makan yang cukup
o   Olahraga
o   Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
o   Beritahukan perasaan anda
o   Dukungan keluarga dan orang lain di perlukan
o   Persiapkan diri dengan baik
o   Lakukan pekerjaan rumah tangga
o   Dukungan emosional
o   Dukungan kelompok depresi postpartum

5.2. Post partum blues
Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis, salah satunya yang disebut Postpartum Blues.
Penyebab Postpartum Blues
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain:
  1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
  2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
  3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
  4. Latar belakang psikososial ibu
  5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

Gejala Postpartum Blues

Gejala – gejala postpartum blues tampak dari perubahan sikap seorang ibu yang baru melahirkan, antara lain: mudah tersinggung (iritabilitas), menangis dengan tiba-tiba, cemas yang berlebihan, mood yang labil, clouding of consciousness, gangguan selera makan, merasa tidak bahagia, tidak mau bicara, mengalami gangguan tidur, tidak bergairah khususnya terhadap hal-hal yang semula sangat diminatinya, sulit berkonsentrasi dan membuat keputusan.
5.3. Kesedihan dan duka cita
Proses kehilangan menurut Klaus dan kennel (1982) meliputi tahapan
1.       Shock (lupa peristiwa)
2.       Denial (menolak, ‘’apakah ini bayiku?’’)
3.       Depresi (menangis, sedih, ‘’kanapa saya?’’)
4.       Equilibrium dan acceptance (penurunan reaksi emosional, kadang menjadi kesedihan yang kronis)
5.       Reorganization(dukungan mutual antar orang tua)
Respons terhadap bayi cacat yang mungkin muncul
§  Fantasi anak normal vs kenyataan
§  Shock, tidak percaya, menolak
§  Frustasi, marah
§  Menarik diri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bebas bicara apa aja..