BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
-
Banyak di kalangan
mahasiswa yang kesulitan menyusun karangan
-
Masih ditemui karangann
para mahasiswa yang tidak tepat sasaran
-
Kerangka karangan
adalah cermin dari isi karangan
Pada umumnya kerangka karangan
merupakan rencana garis besar karangan berdasarkan tingkat kepentingannya
(teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan), serta pedoman bagi pembaca
untuk mengetahui isi suatu karangan. Kerangka karangan yang belum final disebut
outline sementara, sedangkan kerangka karangan yang sudah tersusun rapi dan
lengkap disebut outline final. Didalam Bahasa Indonesia penulisan kerangka
karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang,
sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara
gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan
dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari
sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti,
dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyeluruh, bukan secara terlepas-lepas.
1.2 Rumusan
Masalah
-
Masalah utama yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah
bagaimanakah cara menyusun kerangka karangan dan mengembangkan karangan?
Kerangka karangan banyak
dipergunakan didalam setiap pembuatan penulisan karya ilmiah sehingga banyak
ketentuan yang harus dilakukan untuk pembuatan penulisan tersebut. Untuk itu
Penulis hanya membatasi penulisan ini pada pola susunan secara garis besar,
macam–macam dan syarat pembuatan outline (kerangka karangan).
1.3 Tujuan
-
Tujuan utama
pembahasan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan cara menyusun kerangka
karangan dan mengembangkan karangan.
1. Untuk
mengetahui bagaimana pola susunan kerangka karangan secara garis besar
2. Untuk
mengetahui macam-macam kerangka karangan berdasar sifat rinciannya dan bedasar
perumusan teksnya
3. Untuk mengetahui syarat kerangka karangan yang baik
1.4 Metode
Metode yang digunakan dalam
penyusunan makalah ini adalah studi pustaka,yaitu dengan membaca buku-buku yang
berkaitan dengan teknik penyusunan kerangka karangan dan pengembangannya.data
yang terkumpul diklasifikasi dan dianalisis,kemudian disampaikan secara
deskriptif melalui makalah ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.1.1
Pengertian Kerangka
Karangan
Kerangka
karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu
karangan yang akan ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara
sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan dibuat
untuk mempermudah penulisan agar tetap terarah dan tidak keluar dari topik atau
tema yang dituju. Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, terutama bagi
penulis pemula, agar tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam melanjutkan
tulisannya .
Kerangka
karangan merupaka miniatur dari sebuah karangan. Dalam bentuk ini kaangan
tersebut dapat diteliti,dianalisi, dan dipertimbnagkan secaa menyeluruh .
2.1.2
Pengertian Karangan
Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseoranguntuk
mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada pembaca
untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah
narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi
2.2 Manfaat
Kerangka Karangan
1. Untuk menjamin penulisan bersifat
konseptual, menyeluruh, dan terarah.
2. Untuk menyusun karangan secara teratur.
Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas
pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik
antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah
disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
3. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang
berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun
sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian
yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga
mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat
secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian
harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang
dapat memikat perhatian pembaca.
4. Menghindari penggarapan topik dua kali atau
lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih,
sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik
sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek
yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka
pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang
diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal
yang demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik
lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang
tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi
akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian
tadi.
5. Memudahkan penulis mencari materi pembantu.
Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan
dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau
membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan
dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.
6. Bila seorang pembaca kelak menghadapi
karangan yang telah siap, ia dapat menyusutkan kembali kepada kerangka karangan
yang hakekatnya sama dengan apa yang telah dibuat penggarapnya. Dengan
penyusutan ini pembaca akan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum
dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari
sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti,
dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyeluruh,
bukan secara terlepas-lepas.
Dengan
adanya kerangka karangan penulis bisa langsung menyusun tulisannya sesuai
butir-butir bahasan yanga da dalamg kerangka karangannya .
2.3 Syarat-syarat
Kerangka Karangan
1. Pengungkapan
maksudnya harus jelas
2. Tiap
unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan
3. Pokok-pokok
kerangka karangan harus disusun secara logis
4. Harus
menggunakan pasangan symbol yang konsisten
2.4
Langkah-langkah Menyusun Karangan
1. Menentukan tema dan judul
· Tema
adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari
suatu karangan.
·
judul adalah kepala karangan.
Kalau tema cakupannya lebih besar dan menyangkut pada
persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan awal (penunjuk
singkat) isi karangan yang akan ditulis.
2. Mengumpulkan bahan
Bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi
tulisan, banyak cara mengumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara
masing - masing sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
3. Menyeleksi bahan
Agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih
bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi
tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis.
Berikut ini petunjuk –
petunjuknya :
1. Catat hal penting
semampunya.
2. Jadikan membaca sebagai
kebutuhan.
3. Banyak diskusi, dan
mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah
4. Membuat Kerangka
Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi
beberapa bahasan yang lebih focus dan terukur ..
5. Mengembangkan kerangka karangan
Proses
pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan kita terhadap
materi yang hendak kita tulis. Jika benar-benar memahami materi dengan baik,
permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan
nyata.
Terbukti pula kekuatan bahan materi yang kita
kumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan karangan
.
2.5 Pola Susunan Kerangka Karangan
Secara garis besar,
pola kerangka karangan dibagi menjadi dua yaitu pola alamiah dan pola logis,
berikut akan di jelaskan secara singkat pola susunan kerangka karangan.
1.
Pola
Alamiah
Merupakan suatu urutan
unit–unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Disebut
pola alamiah karena memakai pendekatan berdasarkan faktor alamiah yang
esensial. Pola alamiah mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu.
Pola alamiah dapat dibagi menjadi 3 :
a.Kronologis (waktu)
Urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau
tahap-tahap kejadian. Biasanya tulisan seperti ini kurang menarik minat
pembaca.
Contohnya : Topik (riwayat hidup
seorang penulis)
·
asal usul penulis
·
pendidikan si
penulis
·
kondisi kehidupan
penulis
·
keinginan penulis
·
karir penulis
b.Spasial (ruang)
Landasan yang
paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yang sangat erat
dengan ruang atau tempat . Urutan ini biasanya di gunakan dalam tulisan–tulisan
yang bersifat deskriptif .
Contohnya : Topik (hutan yang
sering mengalami kebakaran)
Di daerah Kalimantan
Di daerah Sulawesi
Di daerah Sumatra
c.Topik yang ada
Suatu pola
peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan
topik yang ada . Suatu peristiwa sudah di kenal dengan bagian–bagian tertentu .
Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian–bagian
itu harus di jelaskan berturut–turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan
bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas
bagian–bagiannya itu.
2.
Pola
Logis
Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi
setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis . Urutan
logis sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang intern dalam
materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis.
Dinamakan pola logis karena memakai pendekatan
berdasarkan jalan pikir atau cara pikir manusia yang selalu mengamati sesuatu
berdasarkan logika. Pola logis dapat dibagi menjadi 6, yaitu :
a. Klimaks dan Antiklimaks
Urutan ini timbul sebagai
tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian
merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol.
Contoh : Topik (turunnya Suharto)
Keresahan masyarakat
Merajalela nya praktek KKN
Keresahan masyarakat
Kerusuhan social
Tuntutan reformasi menggema
b. Kausal
Mencakup dua pola
yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab . Pada pola
pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan
dengan perincian–perincian yang menelusuri akibat–akibat yang mungkin terjadi.
Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan
persoalan–persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya.
Contoh : Topik (krisis moneter melanda tanah air)
Tingginya harga bahan pangan
Penyebab
krisis moneter
Dampak
terjadi krisis moneter
Solusi
pemecahan masalah krisis moneter
c. Pemecahan Masalah
Di mulai dari suatu
masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas
masalah tersebut . Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan
pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai
peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternatif–alternatif untuk jalan
keluar dari masalah yang di hadapi tersebut.
Contoh : Topik (virus flu babi / H1N1 dan upaya
penanggulangannya)
Apa itu
virusH1N1
Bahaya
virus H1N1
Cara
penanggulangannya
d. Umum khusus
Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum),
lalu di ikuti dengan pembahasan secara terperinci (khusus).
Contoh : Topik (pengaruh internet)
Para
pangguna internet
o Anak–anak
o Remaja
o Dewasa
Manfaat
internet
o Media informasi
o Bisnis
o Jaringan social
o Dan lain–lain
e. Familiaritas
Urutan familiaritas
dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian
berangsur–angsur pindah kepada hal–hal yang kurang di kenal atau belum di
kenal. Dalam keadaan–keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan
mempergunakan analogi.
f. Akseptabilitas
Urutan
akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas
mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh
pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di
terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau
tidak oleh para pembaca
2.6 Macam-macam Kerangka Karangan
A. Berdasar Sifat Rinciannya
1. Kerangka Karangan Sementara / Non-formal
Cukup terdiri atas dua tingkat,
dengan alasan:
a) Topiknya tidak kompleks
b) Akan segera digarap
2. Kerangka
Karangan Formal:
Terdiri atas tiga tingkat, dengan alasan:
a) Topiknya sangat
kompleks
b) Topiknya
sederhana, tetapi tidak segera digarap
Cara kerjanya:
Rumuskan tema berupa tesis, kemudian pecah-pecah menjadi
sub-ordinasi yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan utama. Tiap
sub-ordinasi dapat dirinci lebih lanjut. Tesis yang dirinci minimal tiga
tingkat sudah dapat disebut Kerangka Karangan Formal.
B. Berdasar Perumusan
Teksnya
1) Kerangka Kalimat
2) Kerangka Topik
3) Gabungan antara Kerangka Kalimat dan Kerangka Topik
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di dalam bahasa indonesia untuk
membuat suatu penulisan ilmiah harus membuat Outline (Kerangka karangan)
dimaksudkan agar penulisan ilmiah tersebut terarah dan sesuai dengan yang
diharapkan karena kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat
garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau
dibahas,susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran
penjelas yang akan menjadi pokok tulisan.
- Penyusunan kerangka karangan secara garis besar dapat dilakukan dengan menggunakan pola alamiah dan pola logis.
- Macam–macam kerangka karangan dapat berdasarkan atas : sifat rinciannya dan berdasar perumusan teksnya.
- Syarat kerangka karangan yang baik adalah sebagai berikut :
a. Tesis atau pengungkapan
maksud harus jelas.
b. Tiap unit hanya mengandung
satu gagasan.
c. Pokok-pokok dalam kerangka
karangan harus disusun secara logis.
d. Harus menggunakan simbol yang konsisten.
3.2 Saran ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
bebas bicara apa aja..