BAB
1
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari
setelah melahirkan) per 100.000 kelahiran hidup. Tingginjya angka
kematian ibu (AKI) merupakan permasalahan, karena kematian ibu akan berdampak
kepada seluruh keluarga. Mengingat masih tingginya AKI, diperlukan kerja sama
yang baik atara bidan dengan ibu. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh
bidan adalah dengan melakukan konseling. Konseling dilakukan pada ibu, suami,
dan keluarga setelah bidan melakukan pemeriksaan fisik. Konseling yang
diberikan kepada ibu hamil maupun keluarga meliputi proses kehamilan, gejala
kehamilan, tanda-tanda kehamilan, taksir usia kehamilan, perkiraan persalinan,
status kesehatan ibu dan janin, keluhan umum, tanda-tanda komplikasi kehamilan,
dan lain-lain.
Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk
menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan
ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk
ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Untuk
mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan-terobosan dengan
mengurangi peran dukun dan meningkatkan peran Bidan. Harapan kita agar
bidan di desa benar-benar sebagai ujung tombak dalam upaya penurunan AKB (IMR)
dan AKI (MMR).
Angka
Kematian Ibu (AKI) diperoleh melalui berbagai survey yang dilakukan secara
khusus seperti survey di Rumah Sakit dan beberapa survey di masyarakat dengan
cakupan wilayah yang terbatas. Dengan dilaksanakannya Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) dan Survey Demografi & Kesehatan Indonesia (SDKI), maka
cakupan wilayah penelitian AKI menjadi lebih luas dibanding survey-survey
sebelumnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Indikator Kematian Ibu
Kematian ibu
adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu42
hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan,yakni
kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan
karenasebab-sebab
lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).
Angka
Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atauselama 42
hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan,
yangdisebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena
sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran
hidup.
Kegunaan Informasi mengenai tingginya MMR akan bermanfaat untuk pengembangan
programpeningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan
membuat kehamilan yangaman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah kelahiran yangdibantu
oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistim rujukan dalam penanganan komplikasi
kehamilan,penyiapan keluarga dan suami siaga
dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untukmengurangi Angka
Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.
Cara Menghitung
Kemudian kematian ibu dapat diubah
menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup,
dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas umum. Dengancara ini
diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal per 100.000 kelahiran
Rumus
Dimana:Jumlah
Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena
kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada tahun tertentu,
di daerah tertentu.Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir
hidup pada tahun tertentu, di daerah tertentu.Konstanta =100.000 bayi lahir
hidup.
Contoh
Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)
Indonesia masih tertinggi di Asia. Tahun2002 kematian ibu melahirkan mencapai
307 per 100.000 kelahiran. Angka ini 65 kali kematian ibu diSingapura,dan 9,5
kali dari Malaysia
2. Penanggulangan
tingginya angka kematian ibu
Menteri
Kesehatan mengatakan, berbagai upaya perbaikan gizi masyarakat melalui kegiatan
yang mencakup peningkatan program ASI Ekslusif, upaya penanggulangan gizi mikro
melalui pemberian Vitamin A, Taburia, tablet besi bagi bumil, dan iodisasi
garam serta tata laksana kasus gizi buruk dan gizi kurang.
Target MDG 4
terkait dengan penurunan kematian balita. Angka Kematian Balita, Bayi, dan
Neonatal terus mengalami penurunan. Data Suvey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan Angka Kematian Balita sebesar 44/1000,
Angka Kematian Bayi 34/1000, dan Angka Kematian Neonatal 19/1000.
Target MDGs
5 terkait dengan penurunan angka kematian ibu (AKI). Indikator AKI merupakan
salah satu indikator yang diramalkan sulit dicapai. Tidak hanya di Indonesia
akan tetapi di banyak negara berkembang di dunia. Data terakhir pada 2007
menunjukkan AKI sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, masih jauh dari target MDGs
sebesar 102/100.000 kelahiran hidup.
Pada tahun
2010, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan telah mencapai angka di atas 80
% dan terjadi peningkatan yang bermakna sejak tahun 1990. Cakupan persalinan
yang tinggi dan yang memenuhi standar persalinan merupakan indikator proxy dari
angka kematian ibu, jelas dr. Endang.
Untuk
mempercepat pencapaian target MDGs, pada tahun 2011, Kementerian Kesehatan
telah menetapkan kebijakan bahwa semua persalinan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan terlatih dan memulai program Jampersal (Jaminan Persalinan), yaitu
suatu paket program yang mencakup pelayanan antenatal, persalinan, posnatal dan
Keluarga Berencana.
Deputi Bidang
Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN DR Sudibyo Alimoesa
mengatakan, tingkat kematian ibu saat melahirkan di Indonesia masih tinggi,
atau hampir setiap satu jam, dua ibu melahirkan meninggal dunia.
"Bila jumlah tersebut
ditotal maka dapat dibayangkan dalam satu hari berapa ibu melahirkan yang
meninggal dunia," katanya dalam pertemuan dengan Ulama se Kalsel di
Banjarmasin, Selasa (31/1/2012).
Menurut dia, berdasarkan data
dan penelitian tentang kualitas penduduk Indonesia 2011 tercatat Angka Kematian
Ibu (AKI atau MMR) masih sebesar 228/100.000 kelahiran hidup. Selanjutnya angka
kematian bayi usia 0-11 bulan (AKB-IMR) adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup,
kemudian 60 persen penduduk hanya tamat SD atau lebih rendah, angka harapan
hidup Indonesia sekitar 68/72 tahun.
"Sedangkan Jepang saja kini
rata-rata umur penduduknya telah mencapai 100 tahun, sehingga saat ini 40
persen penduduknya merupakan lansia," katanya.
Meningkatkan
indeks pembangunan manusia (IPM) yang berbasis pada pendidikan, kesehatan dan
kesejahteraan tersebut, BKKB telah menempuh berbagai langkah dan menetapkan target
berdasarkan MDGs 2015. Meningkatkan harapan hidup dan mengurangi angka kematian
ibu dan anak, tambah Sudibyo, BKKBN sedang menjalankan program pelatihan bagi
35 ribu bidan dan 10 ribu dokter umum maupun dokter kandungan. Pelatihan untuk
melakukan pertolongan dalam persalinan tersebut sekaligus juga diisi dengan
pelatihan untuk melakukan pemasangan alat kontrasepsi sesuai dengan program
BKKBN. Diharapkan dengan adanya pelatihan tersebut, maka pertolongan kelahiran
yang berada di daerah terpencil bisa dilakukan secara medis sehingga kematian
ibu dan bayi bisa ditekan.
Taraaget
nasional, pada 2015 AKI akan turun dari 228/100.000 kelahiran hidup menjadi
102/100.000 kelahiran hidup begitu juga dengan angka kematian bayi turun
menjadi 23/1.000 kelahiran hidup.Kepala BKKBN Kalsel Dra Chamnah Wahyuni
mengatakan, khusus Kalsel pelatihan akan dilakukan kepada 900 bidan dan 300
dokter yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota di Kalsel.
Dialog dengan
narasumber dari BKKBN pusat mendapatkan tanggapan cukup antusian dari para
Ulama dan masyarakat Kalsel.
Salah seorang
peserta dialog mempertanyakan efek samping pil KB dan suntik yang justru
membuat lesu para wanita sehingga mengurangi gairah pada saat melayani suami.
"Karena para wanita menjadi lesu setelah minum pil KB dan suntik tersebut,
akhirnya banyak suami "jajan" di luar," katanya disambut gelak
tawa peserta. Terhadap keluhan tersebut, Sudibyo mengatakan akan dilakukan
penelitian lebih mendalam terhadap kebenaran informasi tersebut, karena selama
ini tidak pernah ada keluhan seperti itu.
"Ini akan menjadi bahan
diskusi kita, karena selama ini pil dan suntik adalah alat kontrasepsi yang
paling banyak diminati peserta," katanya.
2.1.
Lima strategi
operasional turunkan angka kematian Ibu
Dalam
rangka menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia, Kementerian
Kesehatan menetapkan lima strategi operasional yaitu penguatan Puskesmas dan
jaringannya; penguatan manajemen program dan sistem rujukannya; meningkatkan
peran serta masyarakat; kerjasama dan kemitraan; kegiatan akselerasi dan
inovasi tahun 2011; penelitian dan pengembangan inovasi yang terkoordinir.Hal
itu disampaikan Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH
dalam paparan yang berjudul “Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Kesehatan
Dalam Rangka Penurunan Angka Kematian Ibu” kepada para peserta Rapat Kerja
Nasional (Rakernas) Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana di kantor
BKKBN Jakarta, 26 Januari 2011.
Menkes
menambahkan terkait strategi keempat yaitu kegiatan akselerasi dan inovasi
tahun 2011, upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan yaitu:
1. Kerjasama
dengan sektor terkait dan pemerintah daerah telah menindaklanjuti Inpres no.
1 Tahun 2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional
dan Inpres No. 3 tahun 2010 Tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan
melalui kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan advokasi terkait percepatan
pencapaian MDGs. Akhir tahun 2011, diharapkan propinsi dan kabupaten/kota
telah selesai menyusun Rencana Aksi Daerah dalam percepatan pencapaian MDGs
yaitu mengentaskan kemiskinan ekstrim dan kelaparan, mengurangi tingkat
kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS dan penyakit
menular lainnya.
2. Pemberian
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), mulai tahun 2011 setiap Puskesmas
mendapat BOK, yang besarnya bervariasi dari Rp 75 juta sampai 250 juta per
tahun. Dengan adanya BOK, pelayanan “outreach” di luar gedung terutama
pelayanan KIA-KB dapat lebih mendekati masyarakat yang membutuhkan.
3. Menetapkan
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) berupa indikator komposit
(status kesehatan, perilaku, lingkungan dan akses pelayanan kesehatan) yang
digunakan untuk menetapkan kabupaten/kota yang mempunyai masalah kesehatan.
Ada 130 kab/kota yang ditetapkan sebagai DBK yang tahun ini akan didampingi
dan difasilitasi Kementerian Kesehatan.
4. Penempatan
tenaga strategis (dokter dan bidan) dan penyediaan fasilitas kesehatan di
Daerah Terpencil, Perbatasan, Kepulauan (DTPK), termasuk dokter plus, “mobile
team”.
5. Akan diluncurkan
2 Peraturan Menteri Kesehatan terkait dengan standar pelayan KB berkualitas,
sebagaimana diamanatkan UU no 52 tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga.
Selain itu
menurut Menkes, pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan akan meluncurkan
Jaminan Persalinan (Jampersal) yang mencakup pemeriksaan kehamilan, pelayanan
persalinan, nifas, KB pasca persalianan, dan neonatus. Melalui program ini,
persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan diharapkan
meningkat, demikian pula dengan pemberian ASI dini, perawatan bayi baru
lahir, pelayanan nifas dan KB pasca persalinan.
Sasaran Jampersal adalah 2,8 juta
ibu bersalin yang selama ini belum terjangkau oleh jaminan persalinan dari
Jamkesmas, Jamkesda dan asuransi kesehatan lainnya. Ruang lingkupnya adalah :
pelayanan persalianan tingkat pertama, tingkat lanjutan, dan persiapan
rujukan di fasilitas kesehatan Pemerintah dan Swasta. Kelompok inilah yang
akan ditanggung Jampersal. Pelayanan yang dijamin melalui Jampersal yaitu:
pemeriksaan kehamilan 4 kali, pertolongan persalinan normal dan dengan
komplikasi, pemeriksaan nifas 3 kali termasuk pelayanan neonatus dan KB paska
persalinan, pelayanan rujukan ibu/bayi baru lahir ke fasilitas kesehatan
lebih mampu.
Menurut
Menkes terkait strategi penguatan Puskesmas dan jaringannya dilakukan dengan
menyediakan paket pelayanan kesehatan reproduksi (kespro) esensial yang dapat
menjangkau dan dijangkau oleh seluruh masyarakat, meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif, yaitu: Kesehatan ibu dan bayi baru
lahir, KB, kespro remaja, Pencegahan dan penanggulangan infeksi menular
seksual (IMS) dan HIV/AIDS; dan mengintegrasikan pelayanan kespro dengan
pelayanan kesehatan lainnya yaitu dengan program gizi, penyakit menular dan
tidak menular. Kemampuan Puskesmas dan jaringannya dalam memberikan paket
dasar tersebut akan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan dan masalah
kesehatan setempat.
Pada saat
ini ada 9.005 Puskesmas, terdiri dari Puskesmas non tempat tidur (TT),
Puskesmas TT PONED (pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar) dan
Puskesmas TT non PONED, yang tersebar di seluruh kecamatan di Indonesia.
Puskesmas pembantu dan pos kesehatan desa yang ada di desa-desa, akan lebih
difungsikan dalam memberikan pelayanan KIA dan KB yang bersifat promotif,
preventif dan pengobatan sederhana termasuk deteksi dini faktor risiko dan
penyiapan rujukannya
Beberapa propinsi juga telah menjadikan Puskesmas mampu melakukan deteksi dini kanker leher rahim, Puskesmas santun usia lanjut, dan sebagainya, sesuai kebutuhan lokal. AKI Menurun
Menkes
juga mengatakan kemajuan yang dicapai dalam program kesehatan ibu yaitu
penurunan AKI sebesar 41% dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2007. Sedangkan target
MDGs pada tahun 2015, AKI dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran
hidup.
Kematian ibu di rumah sakit disebabkan karena banyaknya kasus kegawat-daruratan pada kehamilan, persalinan dan nifas. Penyebab langsung kematian ibu yang terbanyak adalah: perdarahan, hipertensi pada kehamilan, partus macet, infeksi dan komplikasi aborsi.
Persalinan
di rumah dan ditolong oleh dukun, merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi masih tingginya AKI di Indonesia. Data Riskesdas 2010
memperlihatkan bahwa persalinan di fasilitas kesehatan 55,4% dan masih ada
persalinan yang dilakukan di rumah (43,2%). Pada kelompok ibu yang melahirkan
di rumah ternyata baru 51,9% persalinan ditolong oleh bidan, sedangkan yang ditolong
oleh dukun masih 40,2%, ujar Menkes.
Kondisi
tersebut masih diperberat dengan adanya faktor risiko 3 Terlambat yaitu
terlambat mengambil keputusan di tingkat keluarga, terlambat merujuk/
transportasi dan terlambat menangani dan 4 Terlalu yaitu melahirkan terlalu
muda (dibawah 20 tahun), terlalu tua (diatas 35 tahun), terlalu dekat (jarak
melahirkan kurang dari 2 tahun) dan terlalu banyak (lebih dari 4 kali).
Terkait
dengan faktor risiko tersebut, data Riskesdas 2010 memperlihatkan bahwa
secara nasional ada 8,4% perempuan usia 10-59 tahun melahirkan 5-6 anak,
bahkan masih 3,4% perempuan usia 10-59 tahun yang melahirkan anak lebih dari
7. Kelompok perempuan yang tinggal di perdesaan, tidak bersekolah,
pekerjaannya petani/nelayan/buruh, dan status ekonomi terendah, cenderung
mempunyai lebih dari 7, lebih tinggi dari kelompok lainnya.
|
||||
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kematian ibu di rumah sakit disebabkan karena
banyaknya kasus kegawat-daruratan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
Penyebab langsung kematian ibu yang terbanyak adalah: perdarahan, hipertensi
pada kehamilan, partus macet, infeksi dan komplikasi aborsi.
Menurut
Menkes terkait strategi penguatan Puskesmas dan jaringannya dilakukan dengan
menyediakan paket pelayanan kesehatan reproduksi (kespro) esensial yang dapat
menjangkau dan dijangkau oleh seluruh masyarakat, meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif, yaitu: Kesehatan ibu dan bayi baru lahir,
KB, kespro remaja, Pencegahan dan penanggulangan infeksi menular seksual (IMS)
dan HIV/AIDS; dan mengintegrasikan pelayanan kespro dengan pelayanan kesehatan
lainnya yaitu dengan program gizi, penyakit menular dan tidak menular. Kemampuan
Puskesmas dan jaringannya dalam memberikan paket dasar tersebut akan ditingkatkan
sesuai dengan kebutuhan dan masalah kesehatan setempat.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
bebas bicara apa aja..